Labbaik Allahumma Labbaik: Ketika Haji Menjadi Tangisan Jiwa yang Ingin Pulang

Renungan Haji: Panggilan Pulang ke Rumah Sang Kekasih | Hijrah Digital Islam

Renungan Haji: Panggilan Pulang ke Rumah Sang Kekasih

حج: رحلة العودة إلى بيت الحبيب
Ilustrasi Haji

Ka'bah sebagai simbol persatuan umat Islam (Ilustrasi: Hijrah Digital Islam)

Pernahkah kita duduk sejenak... dan membayangkan betapa agungnya panggilan dari Allah itu?

Haji—bukan sekadar perjalanan fisik ke tanah suci, tapi sebuah perjalanan pulang ke dalam jiwa yang rindu. Rindu kepada Allah. Rindu untuk menjadi hamba yang bersih, yang kembali seperti bayi yang baru dilahirkan, tanpa dosa, tanpa beban.

"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS. Al-Hajj: 27)

Di tengah hiruk pikuk dunia, haji adalah momen di mana engkau berhenti sejenak... Melepaskan baju kesombongan, membungkus diri dengan ihram putih—tanda engkau siap menghadap-Nya tanpa gelar, tanpa jabatan, tanpa apa pun... hanya sebagai hamba.

Wukuf di Arafah: Saat Langit Merunduk

Wukuf di Arafah

Jemaah haji berkumpul di Padang Arafah (Ilustrasi: Hijrah Digital Islam)

Bukan hanya diam di tanah tandus, tapi titik paling suci ketika langit merunduk mendengar jutaan lisan yang bergetar dalam tangis: "Ya Allah, ampunilah aku... Ya Allah, terimalah aku kembali..."

Itulah hari di mana dosa-dosa luluh bersama air mata. Hari di mana malaikat mencatat tak henti-henti: "Ini hamba-Mu... yang datang berserah diri."

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Thawaf: Pusaran Cinta di Sekitar Ka'bah

Lalu saat kita thawaf mengelilingi Ka'bah, hati ini pun ikut berputar... Mengingat, betapa kita pernah jauh. Betapa kita sering lupa. Tapi di sini... di Baitullah... Segala cinta dipusatkan hanya pada satu Dzat: Allah yang Maha Mencinta.

Tahallul: Pencukuran Jiwa

Dan ketika kita mencukur rambut—tahallul—seakan kita mencukur semua kesombongan, nafsu, dan dosa yang telah lama menebal... Kita keluar sebagai jiwa yang baru. Bersih. Siap untuk hidup dengan makna baru: hidup sebagai hamba yang mengerti tujuan.

Haji adalah panggilan cinta. Tak semua mendapat undangan itu, tapi setiap hati boleh berharap dan berdoa. Karena bukan kemampuan yang menjadikan kita bisa pergi, tapi karena Allah memilih dan mengizinkan.

Getaran Hati yang Masih Hidup

Jika hatimu masih bergetar mendengar "Labbaik Allahumma Labbaik..." Jika matamu basah membayangkan Ka'bah... Maka bersyukurlah. Itu tandanya hatimu masih hidup. Masih rindu. Masih berharap.

Mari terus berdoa, agar suatu hari nanti—dalam waktu yang terbaik menurut Allah—kita pun bisa berdiri di hadapan Ka'bah, dan berkata dalam hati:

"Ya Allah, aku telah datang... setelah sekian lama rindu ini aku simpan."

Setiap langkah menuju Ka'bah adalah langkah menjemput ampunan dan cinta-Nya. Haji adalah panggilan yang tak semua didengar, tapi selalu bisa dirindukan

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ

Labbaik Allahumma Labbaik... Panggilan Cinta dari Allah yang Membuat Hati Tak Lagi Sama

Mau Gali Lebih Banyak Ilmu?
Yuk jelajahi Daftar Isi untuk artikel penuh inspirasi!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahar Emas 6 Juta per Mayam: Pandangan Imam Syafi’i & Solusi Bijak untuk Calon Pengantin di Aceh

Bayar Zakat Fitrah di Mana? Di Kampung atau di Tempat Kita Berlebaran?

Masa waktu Qashar shalat