Al-Fatihah
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Surah Al-Fatihah
- بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
(Bismillahirrahmanirrahim) - الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(Alhamdulillahi rabbil 'alamin) - الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
(Arrahmanirrahim) - مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
(Maliki yaumiddin) - إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
(Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in) - اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(Ihdinas siratal mustaqim) - صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(Siratal ladziina an'amta 'alaihim ghairil maghduubi 'alaihim waladhdhoolliin)
Surah Al-Fatihah ini terdiri dari 7 ayat dan merupakan surah pertama dalam Al-Qur'an.
Ayat 1: "Bismillahirrahmanirrahim"
Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Makna ayat ini adalah permulaan segala sesuatu dengan mengakui kebesaran dan keagungan Allah. Ketika kita mengucapkan "Bismillah," kita menyadari bahwa segala yang kita lakukan bergantung pada kehendak dan izin Allah. Sifat Ar-Rahman (Maha Pengasih) menunjukkan kasih sayang Allah yang meliputi seluruh makhluk tanpa terkecuali, sedangkan Ar-Rahim (Maha Penyayang) menegaskan kasih sayang khusus yang diberikan kepada hamba-hamba yang taat. Ayat ini mengajarkan kita untuk menanamkan kesadaran bahwa Allah adalah sumber segala rahmat, dan kita harus memulai setiap langkah hidup dendengan mengandalkan-Nya.
Makna mendalamnya: Ini adalah pengakuan bahwa hidup kita tidak lepas dari kehadiran Allah. Dengan menyebut nama-Nya, kita menegaskan ketergantungan total kepada Allah dan menolak kesombongan bahwa kita bisa berbuat sesuatu tanpa pertolongan-Nya.
Ayat 2: "Alhamdulillahi rabbil 'alamin"
Artinya: "Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam."
Ayat ini adalah ungkapan syukur dan pujian kepada Allah sebagai Rabb—Pencipta, Pemelihara, dan Pengatur seluruh alam semesta. Kata alhamdulillah mencakup pujian atas segala nikmat yang tampak maupun yang tersembunyi, yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Rabbil 'alamin menunjukkan bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas pada satu kelompok atau makhluk tertentu, melainkan meliputi semua yang ada di langit dan bumi.
Ayat 3: "Arrahmanirrahim"
Artinya: "Maha Pengasih, Maha Penyayang."
Pengulangan sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim setelah "Bismillah" menegaskan betapa sentralnya kasih sayang dalam hubungan Allah dengan makhluk-Nya. Ar-Rahman menunjukkan kasih sayang yang bersifat universal, seperti matahari yang menyinari semua tanpa pilih kasih. Ar-Rahim menunjukkan kasih sayang yang khusus, yang diberikan kepada orang-orang yang beriman dan taat sebagai bentuk kelembutan dan perlindungan.
Makna mendalamnya: Ayat ini mengajarkan kita bahwa hidup ini diliputi oleh rahmat Allah. Bahkan dalam kesulitan, ada kasih sayang tersembunyi yang mungkin belum kita pahami. Ini juga menjadi dorongan untuk meneladani sifat kasih sayang Allah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ayat 4: "Maliki yaumiddin"
Artinya: "Pemilik hari pembalasan."
Allah digambarkan sebagai Malik (Raja atau Pemilik) dari yaumiddin (hari kiamat atau hari pembalasan). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia ini sementara, dan ada akhirat di mana setiap perbuatan akan dihitung. Allah adalah penguasa absolut pada hari itu, dan tidak ada kekuatan lain yang bisa menggantikan otoritas-Nya.
Makna mendalamnya: Ayat ini membawa kesadaran akan akuntabilitas. Kita diajak untuk hidup dengan penuh tanggung jawab, karena setiap tindakan memiliki konsekuensi di hadapan Allah. Ini adalah panggilan untuk bertakwa dan mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat.
Ayat 5: "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in"
Artinya: "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan."
Ayat ini adalah inti dari tauhid. Iyyaka na'budu menegaskan bahwa ibadah hanya ditujukan kepada Allah, menolak segala bentuk syirik atau penyembahan selain kepada-Nya. Iyyaka nasta'in menunjukkan bahwa kita hanya bergantung kepada Allah dalam segala kebutuhan kita, baik duniawi maupun ukhrawi
Ayat 6: "Ihdinas siratal mustaqim"
Artinya: "Tunjukilah kami jalan yang lurus."
Ayat ini adalah doa yang penuh kerendahan hati. Siratal mustaqim adalah jalan yang benar, jalan yang sesuai dengan kehendak Allah, bebas dari penyimpangan dan kesesatan. Kita memohon petunjuk karena menyadari bahwa tanpa hidayah Allah, kita mudah tersesat.
Makna mendalamnya: Doa ini mencerminkan ketergantungan kita kepada Allah dalam mencari kebenaran. Jalan yang lurus bukan hanya soal ritual, tetapi juga akhlak, cara berpikir, dan cara menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai ilahi. Ini adalah permohonan yang terus-menerus, karena petunjuk Allah dibutuhkan di setiap langkah hidup kita.
Ayat 7: "Siratal ladziina an'amta 'alaihim ghairil maghduubi 'alaihim waladhdhoolliin"
Artinya: "Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat."
Ayat ini menjelaskan apa itu siratal mustaqim: jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Allah beri nikmat, seperti para nabi, syuhada, dan orang-orang saleh. Kita diminta menjauhi dua jalan yang salah: maghduubi 'alaihim (orang-orang yang dimurkai karena mengetahui kebenaran tetapi menolaknya) dan dhoolliin (orang-orang yang sesat karena kebodohan atau kelalaian).
Mau Gali Lebih Banyak Ilmu?
Yuk jelajahi Daftar Isi untuk artikel penuh inspirasi!
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah berkunjung ke Hijrah Digital. Silakan tinggalkan komentar Anda jika ada yang ingin didiskusikan.